ASKEB 2 PERSALINAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar
Persalinan
2.1.1. Definisi
2.1.11. Persalinan adalah
proses yang alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalian
pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan
fasilitas yang memadai (Manuaba.2009).
2.1.1.2. Persalinan adala
proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalian dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR.2008).
2.1.1.3. Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Sarwono.2006).
2.1.1.4.Persalinan adalah
rangakaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses ini mulai dengan kontrasi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progesif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta
(Varney.2007)
2.1.1.5.Persalinan adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Harianto.2010).
2.1.2. Etiologi
Teori yang menerangkan proses persalinan menurut Manuaba
(2009) :
2.1.2.1.
Teori Kadar Progesteron
Progesterone yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan
semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah
dirangsang oleh oksitosin.
2.1.2.2.
Teori Oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin makin mengingkat
sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan.
2.1.2.3. Teori Regangan Otot Rahim
Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu
menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.
2.1.2.4.
Teori Prostalglandin
Prostalglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim
yang diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostalglandin dari
luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur
kandung (Manuaba.2009).
2.1.3. Persalinan Berdasarkan
Cara Lahir (Bentuk Persalinan)
2.1.3.1.
Persalinan Normal
Proses pengeularan janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 – 24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun bayi.
2.1.3.2.
Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2.1.3.3.
Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
misalnya ekstrasi dengan forceps atau dilakukan section caesaria.
2.1.3.4.
Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
bari berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin (Harianto.2010).
2.1.4. Persalinan Berdasarkan
Umur Kehamilan
A.
Abortus (Keguguran)
Abortus (Keguguran) adalah terhentinya kehamilan,
sebelum janin dapat hidup. Berat janin kurang dari 1000 gram dan tua kehamilan
kurang / di bawah 28 minggu.
B.
Partus Prematorus
Persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28 – 36
minggu berat janin diantara 1000 – 2500 gram, janin dapat hidup tetapi
prematur.
C.
Partus Maturus atau Aterm (Cukup Bulan)
Persalinan pada usia kehamilan 37 – 40 minggu janin
matur berat janin diatas 2500 gram.
D.
Partus Postmaturus
Persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu
yang ditafsirkan disebut postmatur.
E.
Partus Presipitatus
Persalinan yang berlangsug cepat.
F.
Parus Percobaan
Suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti
tentang ada tidaknya disproporsi sefalo pelvik (Harianto, 2010).
2.1.5. Perubahan Fisiologis
Meternal selama Persalinan
A.
Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan
sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada
waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring,
perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan
kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
B.
Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik
terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung,
dan cairan yang hilang.
C.
Suhu
Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama
dan segera setelah melahirkan, yang dianggap normal ialah peningkatan suhu yang
tidak lebih dari 0.5 0 sampai 10 Celcius.
D.
Denyut Nadi (Frekuensi Jantung)
Perubahan yang mencolok selama kontaksi diserta
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai
frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontaksi, dan
peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara
kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi
jika wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi
diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
E.
Pernafasan
Sedikit peningkatan pernafasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis
F.
Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat
aliran urine berkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria (renik 1+) umun
ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalin. Proteinuria 2+
dan lebih adalh data abnormal.
G.
Perubahan Pada Saluran Cerna
Motilitas dan absorbs lambung terhadap makanan padat
jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh enurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan ambat
sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak
dipengaruhui dan waktu yang diutuhkan untuk pencernaan dilambung teteap seperti
biasa. Makanan yang di ingesti selama periode menjelang persalinan atau fase
prodormal atau fasae laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam
lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjdai selama fase transisi
yang menandai akhir fase pertama persalinan.
H.
Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr / 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama
pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi
darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama
persalinan. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selam kala I
persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat
pembukaa lengkap. Tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah in. gula darah
menurun selama persalinan, menurun drastic pada persalinan yang lama dan sulit,
kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka.
(Varney.2007).
2.1.6. Perubahan Psikologis dan
Perilaku Maternal Selama Persalinan
Kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani
persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan
antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang
diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga, dan pemberi
perawatann, lingkungan tenat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang
dikandunganya merupakan bayi yang diinginkan. Banyak bayi tidak direncanakan,
tetapi sebagian besar bayi pada akhirnya diingikan menjelang akhir kehamilan.
Apabila kehadiran bayi tidak diharapkan, bagaimanapun aspek psikologis ibu akan
mempengaruhi perjalanan persalinan. Tindakan member dukungan dan kenyamanan
meruapakan ungkapan kepedulian, kesabaran, sekaligus, mempertahankan keberadaan
orang lain menemani wanita tersebut (Varney, 2007).
2.1.7. Tanda dan Gejala Menjelang
Persalinan
A.
Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu
sebelum persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah
lightening. Wanita sering menyabut lightening sebagai “ kepala bayi sudah
turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
1.
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih
ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
2.
Persaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus
bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
3.
Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan
foramen iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
4.
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema
dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran
balik darah dari ekstermitas bawah.
B.
Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau
tadinya selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunka,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami
sedikit penipisan (effacement) dan
kemungkinan sediki dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan terganung pada
individu wanita dan paritasnya – sebagai contoh, pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida
dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan instansi kontrkasi Braxton
Hicks. Serviks menjadi maang selama periode yang berberda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
C.
Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontrkasi uterus yang
sangat nyeri, yang member pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontrkasi pada
persalinan palsu sebearnya timnul akibat kontrkasi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak siktar
enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan
bahwa persalinan sudah dekat.
D.
Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I
persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi terjadi disebut
Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami ileh sekitar 12 % wanita halim.
Kurang lebih 80 % wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.
E.
Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi,
biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam
sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut
mungkin akibat trauma kecil terhadap, atau perusakan plak lendir saat
pemeriksaan tersebut dilakukan.
F.
Lonjakan energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan
selain bahwa hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh energi
yang diperlukan untuk menjali persalian. Wanita harus diinformaasikan tentang
kemungkinan lonjakan energy ini diarahkan untuk menahan diri menggunakannya dan
justru menghemat untuk persalinan.
G.
Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang
persalian walaupun belum ada penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita
mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).
2.1.8. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Persalian
A.
Power (His dan tenaga lain dalam persalinan /
kekuatan yang mendorong janin keluar)
Setiap
his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dalam
dinding uterus. Ditempat tersebut ada suatu pace
maker darimana gelombang his berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan ke
bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik untuk mengikut sertakan seluruh uterus.
His yang sempurna dan efektif adalah bila ada koordinasi dari gelombang
kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan
mempunyai amplitudo 40-60 mmHg, yang berlangsung 60-90 detik dengan jangka
waktu antara 2-4 menit, dan pada
relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitudo his
lebih tinggi, maka hal ini dapat mengurangi pertukaran 02. Terjadilah
hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan
dengan antara lain menghitung detik jantung janin. Frekuensi detak jantung
janin meningkat lebih dari 160 per menit dan tidak teratur. Agar peredaran
darah ke uterus menjadi lebih baik, ibu disuruh berbaring ke sisi, sehingga
uterus dengan isinya tidak dengan keseluruhan menekan pembuluh-pembuluh darah
di panggul (Wiknjosatro, 2007).
Kontraksi
uterus bersifat intermiten sehingga ada periode relaksasi uterus diantara
ontraksi, yang memiliki fungsi penting berikut :
1.
Mengistirahatkan otot uterus
2.
Memberi kesempatan istirahat bagi wanita
3.
Mempertahankan kesejahteraan bayi karena
kontraksi uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta (Varney, 2007).
Pada waktu
umur kehamilan 28 minggu dapat diraba adanya kontraksi uterus (tanda Braxton-Hicks). Pada seluruh kehamilan
dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitude 5 mmHg tiap menit yang
tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu makin terasa lebih kuat dan
lebih sering. His dalam persalinan kala I, sesudah tiap his, otot-otot korpus
uteri menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Secra fisiologik otot-otot tersebut
mengalami brakhistasis atau yang disebut
otot-otot uterus mengalami retraksi. Serviks yang kurang mengandung otot,
tertarik dan dibuka, lebih-lebih jika ada tekanan bagian bawah yang merangsang
pleksus syaraf setempat. Otot sirkuler yanga da diserviks fisiolgis mengalami mesystatis
(Wiknjosatro, 2007).
His pada kala II, ibu mulai
mengedan/meneran, kekuatan uterus optimal karena adanya kontraksi diafragma dan
otot-otot dinding abdomen. His pada kala II masih ada berlangsung 2-6 menit
setelah plasenta lahir menyebabkan amplitude his masih tinggi tapi frekuensi
berkurang. His pada kala IV, oksitosin membuat uterus berkontraksi dan membuat
otot polos disekitar alveola mammae berkontraksi pula, sehingga ASI keluar disebut
Reflek Oksitosin (Manuaba, 2009).
B.
Passanger (Janin)
Janin
dapat mempengaruhi jalannya persalinan oleh karena besar dan posisinya. Dari
seluruh bagian badan janin, kepala merupakan bagian terpenting dalam proses
persalinan. Kepala janin terdiri atas tulang – tulang tengkorak (kranium) dan
tulang – tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka. Cranium terdiri atas
2 os. parentalis, 2 os. frontalis, dan 1 os. oksipitalis. Tulang – tulang ini
berhubungan satu dengan lain dengan mebran yang meberii kemungkinan gerak bagi
tulang – tulang tengkorak selama persalinan dan awal masa kanak – kanak. Batas
antara tulang – tulang tersebut disebut sutura, sedang antara sudut – sudut
tulang disebut fontanella (ubun – ubun).
1.
Ada 4 sutura :
a)
Sutura sagitalis superior menghubungkan os.
parentalis kiri dan kanan.
b)
Sutura frontalis diantara kedua os. frontalis.
c)
Suturua koronaria diantara os. parientalis dan
os. frontalis.
d)
Sutura lamboidea diantara os. parientalis dan
os. oksipitalis.
2.
Dikenal 2 fontanella
a)
Fontanella minor (ubun – ubun kecil)
Berbentuk segitiga merupakan persilangan antara sutura
sagitalis dengn sutura lamboidea.
b)
Fontanella mayor (ubun – ubun besar)
Fontanella anterior yang berbentuk segiempat merupakan
pertemuan antara sutura sagitalis, suruta frontalis dan sutura koronaria.
3.
Daerah – daerah kepala
a)
Oksiput (belakang kepala)
Daerah dibelakang ubun – ubun kecil dan ubun – ubun
besar dab os. parietalis.
b)
Verteks (puncak kepala)
Daerah antara ubun – ubun kecil dan ubun – ubun besar
dan os. parietalis.
c)
Bregma
Daerah ubun – ubun besar
d)
Sinsiput
Daerah didepan ubun – ubun besar. Sisnisput dibagi
menjadi dahi (diantara ubun – ubun besar dan puncak hidung) dan muka (daerah di
bawah puncak hidung dan pinggir orbita).
4.
Ukuran – ukuran kepala yang berperan pada waktu
persalinan tergantung pada derajat fleksi kepala.
Pada
presentasi belakang kepala, maka kepala janin melewati vulva dengan diameter
suboksipito bregmantikus (±
9,5 cm).
a.
Pada presentasi puncak kepala, diameter yang
berperan adalah diametr oksipitofrontalis (± 11,5 cm)
b.
Diameter oksipitomentalis (± 13 cm) relevan dengan
presentasi dahi
c.
Pada presentasi muka, janin lahir dengan
diameter submento bregmantikus (±
9,5 cm)
d.
Diameter biparietalis (± 9,5 cm) merupakan ukuran lintang terbesar antara
os. paretalis kiri dan kanan
e.
Ukuran lintang terkecil adalah antara kedua os.
temporalis yang disebut diameter bitemporalis (± 8 cm).
1)
Perlu dikenal pula ukuran – ukuran lingkar pada
bidang – bidang tertentu yang disebut sirkumferensia
a)
Sirkumferensia Suboksipito bregmatikus (± 32 cm)
b)
Sirkumferensia Submento bregmantikus (± 32 cm)
c)
Sirkumferensia oksipito frontalis (± 34 cm)
d)
Sirkumferensia mento oksipitalis (± 35 cm)
2)
Selain ukuran – ukuran kepala, perlu diketahui
beberapa ukuran badan yaitu :
a)
Diameter biarkrominal (± 11,5 cm) jarak antara kedua bahu
b)
Diameter bitrokhanterika (± 9 cm) jarak antara
kedua trokantor tulang paha
c)
Lingkaran bahu ( ± 34 cm)
d)
Lingkaran bokong (± 27 cm)
5.
Moulase
Adanya membran pada sutura dan fontanella dikepala janin
memungkinkan kepala berubah bentuk dengan jalan penyisipan os. parietalis,
serta os. oksipitais dan os. frontalis dibawah os. parietalis. Hal ini disebut
moulase. Jika selaput ketuban sudah pecah, tekanan dari serviks terhadap scalp
dapat menyebabkan terjadinya kaput suksadenum. Kaput suksademun akan menghilang
beberapa hari postpartum.
6.
Letak, Presentasi, Posisi, dan Sikap badan janin
1.
Letak janin menunjukan bagaimana hubungan sumbu
janin terhadap sumbu ibu. Letak janin dapat : memanjang (letak kepala /
sungsang, pada ±
99% kehamilan), mengolak dan lintang pada 1 % kehamilan).
2.
Presentasi menunjukan bagian janin yang ada
dibagian bawah rahim. Berbagai presentasi yang mungkin terjadi adalah :
presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, presentasi muka,
presentasi rangkap (missal bokong – kaki).
3.
Posisi digunakan untuk menunjukan kedudukan
bagian janin yang ada dibagian bawah rahim terhadap sumbu tubuh ibu, diseblah
depan kiri / kanan depan, kiri / kanan lintang, kiri / kanan belakang. Sebgai
petunujuk dipakai ubun – ubun kecil, dagu, sacrum atau kepala.
4.
Sikap menunjukan hubungan bagian – bagian janin
terhadap sumbunya, khususnya terhadap tulang punggung. Umumnya janin berada
dala sikap fleksi (Saifuddin, 2007).
C.
Passage (Jalan Lahir )
Jalan lahir
terdiri atas jalan - lahir bagian tulang dan jalan – lahir bagian lunak. Jalan
– lahir bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi – sendinya,
sedang bagian lunak terdiri atas otot – otot, jaringan, dan ligamen – ligamen.
Dalam proses persalinan per vaginam janin harus melewati jalan – lahir ini.
Jika jalan - lahir – khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan ukuran rata –
rata normal serta ukuran janinnya pun rata – rata normal, maka dengan kekuatan
normal pula persalianan per vaginam akan berlangsung tanpa kesulitan.
A.
Jalan Lahir Bagian Keras (Tulang)
1.
Tulang-tulang Panggul
a.
Os. Coxcae
Os. Coxcae disebelah depan dan samping. Terdiri dari 3
bagian :
a)
Os. Ilium
Tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk
konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung –
ujungya disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior
superior.
b)
Os. Iskhium
Bagian terendah dari os.coxcae. tonjolan dibelakang
disebut tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.
c)
Os. Pubis
Terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus
superior os. Pubis berhubungan dengan os. Ilium, sedang ramus inferior kanan
dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os. Iskhium
kira – kira pada 1/3 distal dari foramen obturator. Kedua
os. Pubis bertemu pada simfisis.
b.
Os. Sakrum
Os. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas svertebrata
saktalis. Vertebrata pertama paling besar, menghadap ke depan. Pinggir atas
vertebrata ini dikenal sebagai promotoriu, merupakan suatu tanda penting dalam
penilaian ukuran – ukuran panggul. Permukaan ateroir sakrum berbetuk konkaf.
c.
Os. Koksigis
Os. Koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4
vertebrata koksigis.
2.
Sendi Panggul
a.
Arikualasio Sakroiliaka menghubungkan sacrum
dengan ilium, memungkinkan gerakan terbatas ke depan dan ke belakang.
Pergeseran yang terlalu lebar pada artikulasio ini dapat menimbulkan rasa nyeri
di daerah persendian.
b.
Simfisis pubis terbentuk dari hubungan 2 os. pubis. Longgarnya
hubungan simfisis ini dapat menimbulakan simfisiolisis yang terasa sangat
nyeri.
c.
Artikulasio Sakrokoksigea merupakan hubungan os.
sakrum dengan os. koksigis. Adanya sendi ini memungkinkan os. koksigis tertekan
kebelakang pada waktu kepala janin lahir.
d.
Ligamen-ligamen Panggul
a)
Ligamen yang menghubungkan os. sakrum dengan os.
ilium pada artikulasio sakroiliaka meruapakn yang terkuat di seluruh tubuh.
b)
Ligamen sakrotuberosum mengikat sacrum dengan
tuber iskhii, sedang ligament sakrospinosum menghubungkan sacrum dengan spina
iskhiadika. Kedua ligamen ini membentuk dinding posterior dari pintu bawah
panggul.
e.
Pelvis Mayor dan Minor
Ø
Pelvis Mayor adalah bagian pelvis di atas linea
terminalis, yang tidak banyak kepentingannya dalam obstetrik.
Ø
Pelvis Minor berbentuk saluran yang mempunyai
sumbu lengkung ke depan (sumbu Arcus). Pelvis minor dibatasi oleh pintu atas
panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet).
a)
Pintu Atas Panggul (PAP / Inlet)
Suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh
promotorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas
simfisis.
b)
Ruang Panggul
Saluran diantara pintu atas panggu dengan pintu bawah
panggul.
c)
Pintu Bawah Panggul
Batas atas pintu bawah panggul adalah setinggi spina
iskhiadika. Jarak antara kedua spina ini disebt diameter bispinosum adalah
sekitar 9,5 – 10 cm.
f.
Jenis Panggul
1.
Panggul Ginekoid
Ditemukan pada 45 % wanita. Panjang diameter
anteroposterior hamper sama dengan diameter transversa.
2.
Panggul Andriod
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Pria umunya
mempunyai panggu jenis ini. Ditemukan pada 15 % wanita.
3.
Panggul Antropoid
Ditemukan pada 35% wanita. Bentuk pintu atas panggul
agak lonjong seperti telur. Diameter anteroposterior lebih besar dari pada
diameter transversa.
4.
Panggul Platipelloid
Ditemukan pada 5% wanita. Diameter transversa lebih
besar dari pada diameter anteroposterior ( Saifuddin, 2007).
g.
Ukuran Panggul Luar
1.
Distansia Spinarum ( ± 24 – 26 cm)
Jarak antara spina iliaka anterior superior sinistra
dan dekstra.
2.
Distansia Kristarum (± 28 – 30 cm)
Jarak yang terpanjang antara duan tempat yang simetris
pada krista iliaka sinistra dan dekstra.
3.
Konjugata Eksterna (Boudeloque) (± 18 – 20 cm)
Jarak antara bagian atas symfisis ke prosesus spinosus
lumbal 5.
4.
Distansia Tuberum (± 10,5 cm)
Jarak
antara tuber iskii kanan dan kiri.
5.
Distansia
Intertrokanterika
Jarak
antara kedua trokanter mayor.
6.
Distansia
Oblikua Eksterna (ukuran miring luar)
Jarak
anatar spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior
sinistra (Trijatmo, Rachimhadi.2008).
7.
Ukuran Panggul Dalam
1.
Konjungata Vera (10,5 – 11 cm)
Panjang jarak dari pinggir atas symfisis ke
promotorium.
2.
Konjugata Transvera ( 12,5 – 13 cm)
Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul.
3.
Konjugata Obliqua (12 – 13 cm)
Garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik
persekutuan antara konjugata transvera dan konjugata vera dan diteruskan ke
linea innominata.
4.
Konjugata Obstetrika
Jarak dari tengah symfisis bagian dalam ke promotorium
(Trijatmo,
Rachimhadi.2008).
5.
Bidang Hodge
1.
Bidang Hodge I
Bidang datar yang melalui bagian atas symfisis dan
promotorium. Bidang ini dibentuk pada ingkaran pintu atas panggul.
2.
Bidang Hodge II
Bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah symfisis.
3.
Bidang Hodge III
Bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II
terletak setinggi spina iskhiadika kanan dan kiri.
4.
Bidang Hodge IV
Bidan yang sejajr dengan Bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi os. koksigis (Trijatmo,
Rachimhadi.2008).
B.
Jalan lahir Bagian Lunak
Pada persalinan segmen bawah
uterus, serviks, dan vagina ikut membentuk jalan lahir bagian lunak. Jalan
lahir bagian lunak lainnya yang berperan dalam proses persalinan adalah otot –
otot, jaringan ikat, ligamen – ligamen yang berfungsi menyokong alat – alat
urogenitalis (Saifuddin.2007).
D.
Psikis
Setelah
kontraksi disertai nyeri hebat yang dialami selama tahap transisi wanita
bisanya merasa lega. Dipihak lain, wanita merasakan nyeri akut setiap kali
mendoro dan melawan kontraksi dan setiap usaha untuk mendorong. Biasanya prang
seperti ini mersa cukup takut sering kali perlawanannya berkurang pada saat ia
diterangkan dan dibantu mendorong secara efektif dan sejumlah anastesi alamiah
dihasilkan karena tekanan kepala bayi pada otot pelvis dan jaringan lain
(Varney, 2007).
E.
Penolong
Penolong
persalinan harus dapat menciptakan hubungan saling mengenal sehingga
mencerminkan adanya inform concent.
Dalam hal ini penolong diharapkan mampu membantu ibu dalampersalinan dan
kelahiran bayinya dengan metode yang telah ditetapkan sehingga ibu mendapatkan
asuhan sayang ibu.
2.1.9. Mekanisme Persalinan
Mekanisme
persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri
terhadap pelvis ibu. Terdapat delapan gerakan posisi dasar yang terjdai ketika
janin berada dalam presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut, sebagai
berikut:
1.
Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah
melalui pintu atas panggul.
2.
Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan
oleh karena itu keduanya diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme
lainya.
3.
Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut.
Melalui penurunan ini diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil
digantikan dengan diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna,
atau tidak berada dalam sikap militer atau tidak dalam keadaan beberapa derajat
ekstensi.
4.
Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin
menjdai sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa
terjadi adalah oksipot berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis
pubis.
5.
Pelahiran Kepala Dengan ____
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala
untuk mengeluarkan oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan dengan
ekstensi seperti, oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis, orbit,
hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum.
6.
Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun
kiri, berantung pada arah dari tempat kepala berotasi ke posisi
oksiput-anterior.
7.
Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450,
menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada
pnitu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksteral lain
sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT, bergantung arah restuisi.
8.
Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral
melalui Sumbu Arcus
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada
pelvis. Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang
menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembugkan
perineum dan lahir dengan posisi ateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang
tersisa mengikuti sumbu Carus dan segera lahir (Varney, 2007).
2.1.10. Kala Dalam Persalinan
2.1.10.1. Kala I
1.
Kala I persalinan didefinisikan sebgai permulaan
kontkasi sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progesif dan
diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm ). Hal ini dekenal sebgai tahap
pembukaan serviks (Varney.2007).
2.
Fase – fase dalam Kala I persalinan:
A.
Fase Laten
1)
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
2)
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm.
3)
Pada umunya fase laten berlangsung hampir /
hingga 8 jam
4)
Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih
diantar 20 – 30 detik.
B.
Fase Aktif
1)
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontaksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam aktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih)
2)
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm / jam
(nulipara/primigravda) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
3)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK –
KR, 2008).
2.1.10.2. Kala II
1.
Kala II persalinan dimuali ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala II
disebut sebagaa kala pengeluaran bayi.
2.
Tanda dan gejala kala II persalinan :
A.
Ibu mersakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
B.
Ibu mersakan adanya peningkatan tekanan pada
rectum dan / atau vaginanya
C.
Perineum menonjol
D.
Vulva vagina dan sfingter ani membuka
E.
Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Tanda pasti
kala II ditentuka melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya
adalah : pembukaan serviks telah lengkap, terlihatnya bagaian bawah kepala bayi
melalui introitus vagina.
2.1.10.3.Kala III
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi
selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala
persalinan plasenta. Kala III persalinan berlangsung antara rata – rata 5 dan
10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30 menit. Risisko
perdarahan meningkat apabila kala III
lebih lama dari 30 menit, terutama 30 – 40 menit.
1.
Fisiologis Persalinan Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusustan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudan lepas
dari dinding uterus. Setelah lepas, palsenta akan turun kebagian bawah uterus
atau ke dalam vagina.
2.
Tanda – tanda Lepasnya Plasenta
A.
Perubahan bentuk dan tinggi fundus
B.
Tali pusat memanjang
C.
Semburan darah mendadak dan singkat
3.
Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan
jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Terdiri dari 3 langkah utama : pemberian oksitosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM pada 1/3 bagian
atas paha bagian luar (aspektus lateralis), melakukan peregangan tali pusat,
dan massase fundus uteri.
2.1.10.4.Kala IV
Segara setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan
maternal terjadi saat strees fisik dan emosional akibat ersalinan dan kelahiran
mereda dan ibu memasuki penyembuhan pescaparum dan bonding (ikatan). Pada saat
yang sama, bidan memiliki serangkaian evaluasi dan tugas untuk diselesaikan
terkain periode intrapartum. Meskipun intrapartum sudah selesai, istilah kala
empat persalinan mengidentifiksai jam pertama pascapartum ini perlu diamati dan
dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi ini untuk
hal-hal berikut :
1.
Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
2.
Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan
perineum
3.
Inspeksi dan evaluasi plasenta, membrane, dan
tali pusat
4.
Pengkajian dan penjaitan setiap laserasi atau
episiotomy
5.
Evaluasi tanda-tanda vitall dan perubahan
fisiologis yang mengidentifikasi pemulihan (Varney Edisi 4 Vol.2.2007).
sumber :
Harianto, Minarni.2010.Aplikasi Hypnosis (Hypnobirthing) dalam AsuhanKebidanan Kehamilan &
Persalinan.Yogyakata:Gosyen Publising
Varney, Hellen.2007.Buku Ajar Kebidanan Volume 2.EGC.Jakarta
(mohon maav ada beberapa sumber yang belum bisa di masukkan,, untuk lebih jelas bisa mengirim email ke ku ayachinta@yahoo.com).
Casinos Near Me - San Francisco - Mapyro
BalasHapusFind the cheapest and quickest way to get from Casinos Near Me to Mandalay 김제 출장안마 Bay Resort & Casino in Las Vegas Hotels near 구리 출장마사지 Mandalay Bay Resort 출장안마 and Casino 김천 출장안마 in Las Vegas, 태백 출장샵